Session dan Masa Depan GoPro
A
A
A
Session, varian terbaru GoPro itu, hanya seukuran sebuah es batu. Kamera tersebut anti air hingga 10 meter, lebih mudah dan intuitif dioperasikan, serta menjadi action camera terkecil yang ada saat ini.
Karena ukuran yang sangat kecil itu, hanya ada satu satu tombol di kamera untuk merekam, dan sebuah tombol kecil untuk terhubung ke Wi-Fi. Semua pengaturan lainnya dilakukan melalui smartphone, meski ada layar LCD kecil untuk melihat pengaturan kamera, kondisi baterai, dan status koneksi. Ternyata bentuk kubus dan ukuran yang kecil ini memberi Session keuntungan dibanding GoPro standar. Kamera dapat diputar menghadap mana saja, dan secara otomatis akan menyesuaikan orientasinya.
Di model lama, pengaturan ini harus dilakukan manual. Apakah GoPro Session akan menggantikan Hero4 Silver dan Black yang sudah ada? Tidak. Session memiliki keterbatasan fitur. Antara lain kemampuan rekam yang hanya 1080p pada 60 fps dan kemampuan rekam gambar 8 MP. Hero4 Black mampu merekam video 4K di 30 fps dan Silver 2.7K di 30 fps dan punya layar LCD berwarna.
Yang diunggulkan Session selain (lagilagi) ukuran yang kecil, adalah daya tahan. Kamera mungil tersebut anti air hingga 10 meter tanpa casing, dan 60 meter dengan casing. Karena bentuknya kotak, Session dapat dipasang di-casing menghadap mana saja. Teknologi mikropon anti air memiliki membran yang bisa mengeringkan air sangat cepat (2 detik) yang sangat berguna saat perangkat ini digunakan untuk mensyuting dilingkungan basah.
Lalu, siapa yang menggunakan Session? Dengan banderol harga yang sama dengan GoPro4 Silver, Session menargetkan konsumen yang mengutamakan ini: ukuran kecil dan ketangguhan. Dalam videonya, misalnya, digambarkan bagaimana Session digunakan pada olah raga yang lebih ekstrim dibanding iklan video GoPro sebelumnya.
Selain itu, bisa juga Session akan diminati oleh penggemar radio control, serta wahana tanpa awak (UAV) karena kekompakannya. Berbeda dengan GoPro standar, Session memiliki baterai internal yang tidak bisa diganti. Tapi, diklaim sangat hemat: mencapai 1 jam 50 menit. Kuncinya, kamera hanya aktif saat merekam dan otomatis mati jika tidak.
Di model sebelumnya, jika lupa mematikan (kondisi idle), baterai tetap bisa terkuras. Pendiri GoPro Nick Woodman mengklaim, Session butuh waktu 3 tahun untuk dikembangkan. Bukan tidak mungkin pula produk GoPro kedepannya akan berpijak pada form factor mungil seperti Session ini (dengan fitur yang lebih canggih tentunya).
”Saya rasa Session akan memperluas basis konsumen kami,” ungkap Woodman. Meski demikian, di pasar (termasuk Indonesia), Session sudah mendapat pesaing berat. Yakni Polaroid Cube dan SJCam M10 yang harganya 50% lebih murah, walau memang fiturnya jauh dibawah. Kedua kamera tersebut sudah terlebih dulu mengadopsi form factor kubus.
Danang arradian
Karena ukuran yang sangat kecil itu, hanya ada satu satu tombol di kamera untuk merekam, dan sebuah tombol kecil untuk terhubung ke Wi-Fi. Semua pengaturan lainnya dilakukan melalui smartphone, meski ada layar LCD kecil untuk melihat pengaturan kamera, kondisi baterai, dan status koneksi. Ternyata bentuk kubus dan ukuran yang kecil ini memberi Session keuntungan dibanding GoPro standar. Kamera dapat diputar menghadap mana saja, dan secara otomatis akan menyesuaikan orientasinya.
Di model lama, pengaturan ini harus dilakukan manual. Apakah GoPro Session akan menggantikan Hero4 Silver dan Black yang sudah ada? Tidak. Session memiliki keterbatasan fitur. Antara lain kemampuan rekam yang hanya 1080p pada 60 fps dan kemampuan rekam gambar 8 MP. Hero4 Black mampu merekam video 4K di 30 fps dan Silver 2.7K di 30 fps dan punya layar LCD berwarna.
Yang diunggulkan Session selain (lagilagi) ukuran yang kecil, adalah daya tahan. Kamera mungil tersebut anti air hingga 10 meter tanpa casing, dan 60 meter dengan casing. Karena bentuknya kotak, Session dapat dipasang di-casing menghadap mana saja. Teknologi mikropon anti air memiliki membran yang bisa mengeringkan air sangat cepat (2 detik) yang sangat berguna saat perangkat ini digunakan untuk mensyuting dilingkungan basah.
Lalu, siapa yang menggunakan Session? Dengan banderol harga yang sama dengan GoPro4 Silver, Session menargetkan konsumen yang mengutamakan ini: ukuran kecil dan ketangguhan. Dalam videonya, misalnya, digambarkan bagaimana Session digunakan pada olah raga yang lebih ekstrim dibanding iklan video GoPro sebelumnya.
Selain itu, bisa juga Session akan diminati oleh penggemar radio control, serta wahana tanpa awak (UAV) karena kekompakannya. Berbeda dengan GoPro standar, Session memiliki baterai internal yang tidak bisa diganti. Tapi, diklaim sangat hemat: mencapai 1 jam 50 menit. Kuncinya, kamera hanya aktif saat merekam dan otomatis mati jika tidak.
Di model sebelumnya, jika lupa mematikan (kondisi idle), baterai tetap bisa terkuras. Pendiri GoPro Nick Woodman mengklaim, Session butuh waktu 3 tahun untuk dikembangkan. Bukan tidak mungkin pula produk GoPro kedepannya akan berpijak pada form factor mungil seperti Session ini (dengan fitur yang lebih canggih tentunya).
”Saya rasa Session akan memperluas basis konsumen kami,” ungkap Woodman. Meski demikian, di pasar (termasuk Indonesia), Session sudah mendapat pesaing berat. Yakni Polaroid Cube dan SJCam M10 yang harganya 50% lebih murah, walau memang fiturnya jauh dibawah. Kedua kamera tersebut sudah terlebih dulu mengadopsi form factor kubus.
Danang arradian
(ars)